LINGGA, MC -Nelayan pesisir Desa Baran dan Desa Sekanah keluhkan sulitnya dapatkan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. Akibatnya, mereka sudah jarang untuk melaut. Diduga, hilangnya solar dari peredaran ini karena ada ulah pemain solar yang tidak bertanggung jawab.
Zubir Zainal, Kepala Desa Baran mengatakan, sejak seminggu terakhir BBM jenis solar sulit didapatkan. Bahkan kejadian seperti kelangkaan solar besubsidi bagi nelayan ini kerap kali terjadi. “Malam ini aja, Selasa (4/10), kampung kami gelap gulita. Soalnya, tak ada solar buat nyalakan mesin disel,” ujar Zubir.
Selain melumpuhkan dan berdampak terhadap perekonomian warga, kata Zainal, penerangan listrik rumah warga yang bersumber dari mesin disel pribadi juga tidak dapat dinyalakan akibat sulitnya mendapatkan solar.
“Sudah seminggu inilah, solar tak ada. Pompong nelayan betambat aja, tak ada yang melaut. Warga mengeluhnya ke kita, beberapa kali juga sudah dilakukan pertemuan dengan warga desa masalah solar ini,” ungkapnya.
Ditambah lagi, terang Zainal dikeluarkannya pengurangan jatah solar subsidi bagi para nelayan, cukup membuat warga kerumitan untuk menangkap ikan ke laut.
Solar, dikatakan Zubir, menjadi alat pendukung bagi nelayan, karena jika pasokan solar terhenti pekerjaan warga di laut juga tidak dapat dikerjakan.
Diduga, permainan solar oleh oknum tidak betanggung jawab juga terjadi di Lingga. Ditambah lagi banyaknya perusahan yang mengerjakan proyek dan menggunakan BBM Solar sebagai penggeraknya.
“Biasa kalau segia (red jerigen takaran 5 Liter), solar subsidi Rp33 ribu. Tapi ada juga solar segianya Rp40 ribu, itu tak tau dari mana. Kami warga sebenarnya tidak masalah mau yang subsidi atau tidak, yang penting kebutuhan kami ini dapat terpenuhi. Kalau solar hilang macam gini, warga kami yang nelayan tak bisa kerja,” katanya.
Ditempat berbeda, Ketua RT 01 Dusun Sasah, Bakhtiar menyampaikan hal yang sama. Ia mengatakan nelayan di Sasah banyak yang mengeluhkan kesulitan solar.
“Seminggu belakangan solar sulit di dapatkan. Memang ada jatah 4 jerigen per bulan. Namun, itu tidak mencukupi akibatnya banyak pompong nelayan yang tertambat saja,” disebutkannya.
Dia pun heran, biasanya warga mudah untuk dapatkan solar, namun beberapa hari belakangan solar di Pancur sulit didapatkan warga.
Dia berharap, pemerintah serius menyelesaikan persoalan solar yang menjadi tulang punggung bagi nelayan terutama di daerah pesisir seperti Sasah.
Ketua DPRD Lingga, M Nizar mengatakan, sampai saat ini DPRD yang baru dilantik awal September lalu masih belum membentuk komisi.
Dikatakan Nizar, permasalahan kelangkaan solar ini menjadi masalah nasional yang berakibat juga di Kabupaten Lingga sebagai salah satu daerah pesisir yang mana banyak hidup masyarakat nelayan.
“Permasalahan kelangkaan solar ini terjadi dimana-mana. Sementara karena kita belum membentuk komisi, permasalahan ini tetap akan kami (DPRD red) carikan solusinya,” ungkap Nizar.
Di Kabupaten Lingga, diketahui terdapat 3 APMS yang membantu menyalurkan BBM ke masyarakat. Ketiga APMS tersebut yakni APMS Batu Kapak Penarik di Daik, APMS Senayang. Semestinya aparat penegak hukum juga harus turut betpartisipasi menyelesaikan persoalan kelangkaan ini. (put/MC Kab Lingga)