Foto: Bupati Lingga jadi Irup dalam Apel peringatan HUT KORPRI disejalankan dengan HUT PGRI ke 70. (Humas)
Lingga, MC – Puluhan pegawai negeri sipil (PNS) Kabupaten Lingga terima Satyalancana Karya Satya dari BKD Lingga, saat peringatan ulang tahun KORPRI yang disejalankan dengan HUT PGRI ke 70, di halaman kantor Bupati Lingga, Jum’at (27/11). Puluhan PNS penerima tanda jasa tersebut didominasi oleh para guru yang telah mengabdi lebih dari 10 tahun.
Satyalancana Karya Satya adalah sebuah tanda penghargaan yang diberikan kepada PNS, untuk menghargai masa baktinya selama 10, 20, hingga 30 tahun secara berjenjang terus menerus.
Penghargaan tersebut juga menuntut seorang PNS memenuhi persyaratan dengan menunjukkan kecakapan, kedisiplinan, kesetian dan pengabdian sehingga dapat dijadikan teladan bagi setiap pegawai lainnya. (wikipedia)
Semetara Apel yang disejalankan dengan HUT PGRI ke 70 itu, menjadi beban bagi para guru untuk lebih memiliki semangat profesinalisme.
seperti yang disampaikan Muslim, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) usai apel tersebut, Jum’at (27/11). Dia mengatakan, peringatan hari guru ini harus memberi semangat profesionalisme kepada guru di kabupaten Lingga.
Wilayah kepulauan dan pesisir yang menjadi tugas para guru untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan penncerdas anak pesisir, tetap harus ditanamkan dalam jiwa patriot seorang guru.
“Guru Lingga, harus lebih profesional. Tanpa pamrih dan terus meningkatkan mutu pendidikan,” ungkap Muslim, Jumat (27/11).
Harus diakui, Lingga sebagai wilayah kepulauan dengan 604 pulau, mobilitas dan jarak tempuh yang masih terbatas, membuat beban guru sebagai pengajar semakin bertambah. Namun, tantangan itu pula yang menjadikan guru di pulau terisolir, mendapat nilai lebih mulia.
“Meskipun selama ini sarana dan prasarana yang ada terbatas, tapi guru di Lingga tetap melaksanakan tuganya. Seperti sarana rumah guru yang rusak. Harapan kita, kedepannya adalah fasilitas, sarana prasarana dan kesejahteraan guru pesisir di Lingga dapat di perhatikan,” ungkapnya.
Diakui Muslim, sampai saat ini, masih banyak para guru yang tidak mendapatkan fasilitas layak di tempat tugas. Seperti fasilitas rumah guru yang sebagian besar rusak parah. Belum lagi kondisi sekolah, ruang belajar, buku dan juga terisolinya tempat tugas yang membuat guru di Lingga kesulitan mencapai lokasi sehingga harus berjam-jam menggunakan pompong masyarakat.
“Perhatian para guru, kita minta dapat lebih di perhatikan. Rumah guru banyak yang rusak dan bocor. Transportasi antar pulau yang berjam-jam. Dan membenah, sekolah-sekolah yang rusak agar suasana belajar mengajar dan peran guru semakin maksimal,” tutupnya. (MC Lingga)