Lingga (Media Center) – Setelah menggelar Focus Group Discussion (FGD) mengenai celah pemanfaatan potensi air baku yang melimpah di Kabupaten Lingga bersama sejumlah pakar dan stackholder, pemerintah setempat menemukan berbagai solusi alternatif untuk mengolah air baku di Lingga.
Bupati Lingga Alias Wello usai kegiatan FGD di hotel Harmoni Batam, Sabtu mengatakan, output dari pembahasan tersebut memunculkan gambaran singkat seperti apa rencana pembangunan jangka pendek, menegah dan panjangnya.
“Jadi ini bukan hal mustahil bagi Lingga untuk mengolahnya. Insyaallah itu jadi, permasalahannya tinggal bagaimana air ini mengalir dari hulunya menuju kepada hilir yang menguntungkan daerah,” kata dia.
Alias mengatakan, ide utama mensupply air Lingga ke kota Batam dengan membangun pipa bawah laut juga memungkinkan untuk terealisasi. Dimana hasil kajian singkat pakar dan ahli perpipaan bawah laut dengan besaran pipa 28 inchi, sepanjang 120 Kilometer menelan biaya sekitar Rp500 Miliar saja.
Jika didukung dengan pembangunan waduk penampungan air baku yang di taksir menelan biaya 400-500 Miliaran rupiah, menurutnya, gambaran realisasi proyek tersebut mampu menjadi kenyataan.
“Bukan mau menggampangkan permasalahan, tapi dengan hasil kajian singkat ini menunjukkan bahwa potensi air di Lingga berpeluang untuk di olah, dan pembangunan pipanisasi ke Batam masuk akal,” ujarnya.
Terlebih lagi dengan adanya pemanfaatan potensi air Lingga ini, kata Bupati, tiga keuntungan sekaligus bisa didapatkan, diantaranya keuntungan dari air baku, energi listrik dari air terjun, dan air kemasan.
“Air terjun Lingga cukup banyak untuk pembangkit listrik, itu diperkirakan bisa menciptakan listrik mencapai 10 MW,” ujarnya.
Soal kualitas air milik Lingga, dia mengatakan, tidak perlu diragukan lagi bahwa daerahnya itu memiliki tingkat kualitas air paling baik dibandingkan daerah-daerah lain yang telah berhasil memanfaatkan potensi air tersebut.
Ungkapan Bupati itu didukung hasil kajian singkat yang dilakukan pakar air dari BPPT, Arie Herlambang, dimana TDS air di sungai Jelutung Mentuda diangka 3. Atau dengan kata lain, air di Lingga lebih baik dari pada tingkat kemurnian air milik sejumlah perusahaan air minun kemasan di Indonesia, meski tanpa diolah.
Untuk itu, setelah menggelar FGD potensi air Lingga bersama pakar dan stackholder itu, pemerintah akan melanjutkan pembahasan ditingkat internal, guna menemukan langkah-langkah yang akan dijalankan kedepan.
“Ini tidak hanya selesai di sini saja, kami akan melanjutkan diskusi setelah kembali ke Lingga. Kami akan tentukan langkah selanjutnya untuk mengolah potensi air yang besar ini,” tutupnya.
Tampak hadir dalam kegiatan FGD tersebut, anggota DPR RI komisi II Siti Sarwendah, Anggota DPRD Prov Kepri Asmin Patros, perwakilan BP Batam, PLN Batam, Jajaran anggota DPRD Kabupaten Lingga, jajaran pimpinan OPD Pemrov Kepri dan Pemkab Lingga, serta stackholder lainnya. (KMS)