Pemkab Lingga Susun Langkah Pemanfaatan Potensi Air

Diposting pada
Forum Group Discussion (FGD) di Hotel Harmoni Batam

Lingga (Media Center) – Pemerintah Kabupaten Lingga segera menyusun langkah pemanfaatan potensi air baku yang melimpah dari pengunungan pulau Lingga, menyusul hasil Forum Group Discussion (FGD) bersama sejumlah pakar dan stackeholder di Batam, Sabtu (13/5).

Bupati Lingga Alias Wello mengatakan, pihaknya baru menyadari begitu besarnya potensi air yang dimiliki pulau Lingga, setelah mendengar kajian singkat para pakar dalam FGD tersebut.

“Ini fakta yang sangat mencengangkan. Kami kehilangan potensi pendapatan triliunan per tahun dari air ini. Anda bisa hitung sendiri, debit air terjun Jelutung mencapai 6.000 liter per detik, dengan tingkat kualitas cukup baik. Sementara harga penjulan air minum sekitar Rp13 ribu per meter kubik. Itu baru satu air terjun saja, belum termasuk 12 spot air terjun lainnya,” kata dia.

Pakar air dari Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dr.Ir. Arie Herlambang mengakui, kualitas dan mutu air terjun Jelutung di Pulau Lingga terbaik dari beberapa sumber air baku yang pernah ditemuinya di berbagai daerah di Indonesia.

“Kebetulan, saya turun langsung ke lokasi memeriksa kualitas airnya. Total Dissolved Solid (TDS) air terjun Jelutung ini hanya 3 (tiga),” ungkap Arie Herlambang di FGD tersebut.

Menurutnya mutu dan kualitas air di Sungai Jelutung jauh lebih baik dari sumber air pegunungan Slamet dan Bogor yang mencapai angka 10 dan 40.

“Air terjun Jelutung ini sudah bisa langsung diminum, tanpa perlu pengolahan lagi,” bebernya.

Sementara itu, ahli perpipaan bawah laut, Alex Agung Mardwiyanto, memberi apresiasi atas gagasan Bupati Lingga, Alias Wello untuk menyalurkan air minum dari Lingga ke Batam dan sekitarnya melalui sistem pipanisasi bawah laut.

“Saya salut dan apresiasi atas gagasan besar yang diusung pak Bupati. Tidak ada yang mustahil sepanjang kita ada kemauan dan usaha yang sungguh-sungguh untuk mewujudkannya,” kata pakar yang pernah berhasil membangun pipa gas dari Natuna ke Singapura sepanjang 800 Kilometer tersebut.

Memurutnya, wacana Lingga ingin menyuplai air untuk kebutuhan Batam bukanlah sesuatu yang sulit di capai.

“Menyalurkan gas dari Natuna ke Singapura jauh lebih sulit ketimbang menyalurkan air minum dari Lingga ke Batam,” katanya.

Alex mengatakan, berdasarkan hasil perhitungan jarak yang dilakukannya, panjang pipa yang dibutuhkan untuk menyalurkan air minum dari Lingga ke Batam mencapai 120 kilometer.

Dia memperkirakan, total biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan pipa bawah laut sepanjang 120 kilometer mencapai angka sekitar Rp500 Miliar.

Sementara dari Kementrian PUPR, melalui Kasubdit Air Tanah dan Air Baku Wilayah Barat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Alexander Leda, ST, MT, yang berkesempatan membuka kegiantan FGD sekaligus menjadi narasumbernya, mengatakan, pada prinsipnya Kementerian PUPR siap mendukung gagasan ini.

“Mari kita bersinergi dan berbagi peran masing-masing untuk mewujudkannya. Batam kekurangan air baku sekitar 1.100 liter per detik dan Bintan kekurangan sekitar 900 liter per detik,” ujarnya.

Bupati Alias mengatakan, output dari pembahasan potensi air tersebut memunculkan gambaran singkat seperti apa rencana pembangunan jangka pendek, menegah dan panjangnya.

“Jadi ini bukan hal mustahil bagi Lingga untuk mengolah potensi air. Insyaallah itu jadi. Permasalahannya tinggal bagaimana air ini mengalir dari hulunya menuju kepada hilir yang menguntungkan daerah,” kata dia.

Pemkab Lingga, lanjutnya, dalam waktu dekat akan kembali menduskiusikan secara internal mengenai langkah-langkah yang akan di ambil kedepan.

“Ini tidak hanya selesai di sini saja, kami akan melanjutkan diskusi setelah kembali ke Lingga. Kami akan tentukan langkah selanjutnya untuk mengolah potensi air yang besar ini,” tutupnya. (*/MC Lingga)

Tinggalkan Balasan