Seminar Kelapa Internasional Beri Inspirasi Positif Bagi Lingga

Diposting pada

Lingga (Media Center) – Masih dalam rangkaian agenda Festival Kelapa Internasional ke-3 yang diselenggarakan di Bali, panitia pelaksana juga menggelar Seminar Kelapa Internasional yang menghadirkan 4 orang keynote speaker yang merupakan pakar dibidang kelapa.

Bertempat di Taman Soekasada, Karang Asem, Bali, berbagai permasalahan dibidang kelapa dikupas secara mendalam dalam seminar ini. Dengan mengusung tema “kelapa untuk pariwisata”, para pembicara mengharapkan agar perkebunan kelapa nantinya bisa berubah konsep menjadi agrowisata.

Hal ini tergambar dalam sebuah presentasi yang disampaikan oleh Deputi Pariwisata Dadang Rizki Ratman. Beliau lebih menekankan kepada konsep agrowisata, yakni dengan mengkolaborasikan komoditas pertanian dan pariwisata sehingga menghasilkan destinasi wisata baru di areal pertanian milik para petani.

“Sesungguhnya agrowisata goalnya bukan hanya sekedar melihat budidaya tanaman, tetapi bagaimana para wisatawan sekembalinya ke daerah masing-masing bisa mencintai tanaman hias dan tanaman buah-buahan,” kata beliau menjelaskan.

Ia juga menyebutkan bahwa, saat ini banyak dari para agen travel yang menjadikan agrowisata sebagai salah satu paket destinasi yang disajikan sebagai ajang nostalgia pengalaman masa lalu bagi para pengunjung, serta juga bisa dimanfaatkan untuk melihat keindahan alam desa yang masih asri.

“Kehadiran agrowisata ini nantinya bisa menjadi penyeimbang ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan areal pertanian, persawahan dan perkebunan,” pungkasnya.

Sementara itu, seorang narasumber dari New Zealand, menyatakan bahwa saat ini ada hampir 50% pohon kelapa di Indonesia sudah tidak produktif lagi. Dengan produktivitas buah kelapa yang semakin rendah, serta banyaknya petani pindah ke tanaman lain semakin memperkecil ketersediaan buah kelapa di Indonesia. Untuk itu, ia menyarankan kepada Pemerintah untuk membuat suatu regulasi untuk mengatasinya. Salah satunya adalah dengan cara pemberian insentif dari Pemerintah kepada para petani untuk menanam pohon kelapa kembali.

Dalam penyampaiannya dibantu oleh penerjemah bahasa, ia juga mengungkapkan bahwa para petani kelapa tidak bisa serta-merta mengharapkan income dari buah kelapa, tetapi harus menyiasatinya dengan menanam tanaman tumpang sari.

Ia pun menekankan bahwa, dalam hal ini Pemerintah juga harus bertanggung jawab untuk membantu para petani dengan membekali para petani tersebut berbagai pelatihan untuk memanfaatkan bagian kelapa yang tidak digunakan, seperti pembuatan kerajinan sabut dan tempurung yang materialnya berasal dari pohon kelapa.

Hal senada pun diungkapkan oleh Kasubdit Kelapa dan Tanaman Lain Direktorat Perkebunan Kementerian Pertanian Unggul Ametung memaparkan bahwa produktivitas kelapa semakin menurun, padahal dari kelapa itu sendiri mampu menyumbang devisa negara sebesar 15 triliun per tahun. Untuk itu diperlukan langkah-langkah kongkrit dan strategis untuk mendongkrak produksi kelapa oleh para petani tersebut.

Menurut beliau, selama ini tata cara petani di Indonesia kebanyakan masih monokultur. Selain itu pula, pohon kelapa yang sudah ditanam ditinggal begitu saja tanpa perawatan, ditambah lagi dengan area terbatas dan terserang hama, sehingga membuat petani menjadi kurang bersemangat yang membuat para petani tidak mengalami peningkatan taraf ekonominya.

“Untuk itu sebagai solusinya perlu campur tangan pemerintah untuk melakukan berbagai terobosan dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi, pemberian bibit unggul, mensosialisasikan penanaman tanaman tumpang sari, melakukan budidaya tanaman kelapa, melakukan upaya sinergi pemerintah pusat, daerah dan pelaku bisnis untuk membantu para petani kelapa sehingga kesejahteraan mereka bisa meningkat,” ujar beliau.

Ia juga menyarankan untuk membentuk kelembagaan ekonomi masyarakat petani kelapa, sehingga memiliki wadah untuk membantu mereka dari segi permodalan dan mendapatkan pangsa pasar.

 

Bupati Lingga yang juga hadir sebagai salah satu peserta dalam seminar tersebut tampak serius dengan membuat catatan-catatan kecil yang dianggap penting. Ia berpendapat bahwa dengan dilaksanakannya seminar ini, nyatanya mampu membuka mindset kita untuk lebih banyak belajar lagi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kelapa, mulai dari bibit unggul, pengolahan, pemasaran, serta pemanfaatan material dari pohon kelapa itu sendiri. Sehingga ada lebih banyak referensi untuk mengolahnya menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi, yang dapat menjadi income bagi masyarakat.

Ia juga menambahkan bahwa, dari seminar ini, ada banyak hal-hal positif yang bisa kita adopsi dan disesuaikan, terutama yang sesuai dengan tipikal tanah di Kabupaten Lingga.

“Harus ada keberanian dan kerja keras kita untuk penanaman serta peremajaan pohon-pohon kelapa yang tidak produktif. Sehingga kedepannya tidak menutup kemungkinan kita bisa mengembangkan agrowisata di pantai-pantai di daerah kita,” ungkapnya optimis.

Selain penyampaian dan pemaparan dari narasumber, pada acara seminar yang dihadiri oleh lebih kurang 170 orang tersebut, juga digelar diskusi dan dialog interaktif yang membahas mengenai kelapa, permasalahannya serta bagaimana solusi-solusi yang ditawarkan.

Diharapkan dengan dilaksanakan acara tersebut, nantinya kelapa tidak hanya semata-mata menjadi kebun tanpa perawatan, namun bisa menjadi salah satu tujuan wisata yang mampu meningkatkan pendapatan para petani. (RS)

Tinggalkan Balasan