Lingga (Media Center) – Memanfaatkan suasana Ramadhan yang penuh berkah, pemkab Lingga melalui bagian Kesra Seretariat Daerah Kabupaten Lingga, menggelar tasiyah Jum’at di Masjid Al-Muawwanah Bukit Cening, Lingga. (17/05/2019)
Acara yang khusus diperuntukkan kepada PNS, PTT dan THL ini, juga tampak dihadiri oleh Wakil Bupati Lingga dan Asisten 3 Kabupaten Lingga, beserta Kabag dan Kabid di pemerintahan Kabupaten Lingga.
Pada kesempatan ini, penyampaian ceramah diamanahkan kepada perwakilan dari Kantor Kemenag Kabupaten Lingga, ustad Dasmaroni Jaya yang dengan semangatnya berkisah tentang perjuangan Nabi Muhammad semasa hidupnya.
Beliau menyebutkan, barang siapa yang mencintai Nabi Muhammad, pastilah juga mencintai apa yang dicintainya, yakni mencintai sunnahnya. Sebagaimana seseorang yang jatuh cinta kepada orang lain, pastilah ia akan mencari tau apa yang disukai oleh orang yang dicintainya.
Adapun bentuk sunnah yang menjadi pusaka peninggalan Rasulullah selain Al-Qur’an, menurut sifatnya terbagi menjadi tiga (3) jenisnya. Yakni Sunnah Shuroh atau sunnah yang merupakan gambaran pada diri Nabi; kemudian ada Sunnah Siroh, atau perjalanan hidup Nabi, termasuklah di dalamnya amaliah-amaliah Nabi Muhammad SAW; lalu yang terakhir adalah Sunnah Sariroh yakni sunnah tentang pemikiran dan kerisauan Rasulullah pada masa itu.
Beliau menghimbau kita sebagai umatnya, agar tidak hanya memahami sunnah berupa perjuangan Nabi, melainkan juga keseluruhan sunnah lainnya. Ia merasa khawatir dengan apa yang belakangan ini sering terjadi, karena terlalu sibuk dengan satu bagian saja, tanpa mempelajari yang lainnya, maka umat Islam acap kali suka memvonis orang yang berbeda dengannya apa yang ia jalani adalah bersalah, berpecah belah karena hal yang sepele, semisal perbedaan cara menjalankan sunnah. Padahal para imam-imam besar pencetus mahzab tak pernah berpecah belah mengenai perkara agama.
“Dalil itu bukan untuk diperdebatkan, melainkan harus diamalkan” kata beliau menjelaskan.
Beliau mengisahkan, bahwa dirinya teringat akan sebuah cerita ketika Fatimah mendekatkan telinga ke dinding masjid Nabawi, dan Ia mendengar bahwa apabila umat Islam nantinya sudah saling menjatuhkan, saling menghina dan mencaci, maka kita akan jauh dalam pandangan Allah. Maka ketika itu apapun yang kita pinta dan kita doakan, tak akan lagi didengar dan dikabulkan oleh Allah, karena umat Islam sudah jauh dari kasih sayang.
Maka dari itu, beliau menghimbau kepada umat Islam, terutama di Kabupaten Lingga khususnya, agar menjauhi perilaku merugikan tersebut, terlebih lagi pasca pemilihan umum yang sarat dengan potensi perpecahan karena perbedaan pilihan. Beliau mengajak hadirin semua untuk memanfaatkan waktu-waktu dan kesempatan yang tersisa di bulan Ramadhan, untuk dimaksimalkan agar memperoleh pahala dan kebaikan di dalam Ramadhan.
Ia pun mengungkapkan bahwa, keberkahan di bulan Ramadhan ini dilipatgandakan sehingga umat-umat dan Nabi dan Rasul terdahulu pun iri dengan umat akhir zaman seperti saat ini. Saking sayangnya Allah terhadap umat akhir zaman, apa saja yang umat Muhammad lakukan, selalu diganjar pahala lebih, bahkan baru niat pun sudah diberikan pahala.
“Belum sampai terlaksana, pun sudah dihitung pahala niatnya. Apalagi kalau sudah terlaksana, pasti dilipatkandakan oleh Allah berkali-kali lipat. Hanya saja, kita sebagai umat akhir zaman sendiri tidak tahu bahwa kita ini hebat, sehingga kita cendrung malas untuk beribadah.
Padahal menurutnya, kita semua mengetahui kalau beribadah sholat sunnah maka seakan-akan sholat wajib pahalanya, dan yang wajib dilipatgandakan pahalanya.
“Kite paham bende dunie, bodoh perkara akhirat. Jarang membaca Al-Qur’an, paling sering membaca Facebook”
Beliau pun mengungkapkan kekhawatirannya terhadap fenomena yang sering dirasakannya belakangan. Anak-anak sibuk dengan game, para orang tua sibuk dengan grup-grup di media sosial. Sehingga orang tua lupa dengan anak, dan anak hilang rasa hormat terhadap orang tua.
“Inilah keadaan umat hari ini, benda ini sembari beliau mengacungkan ponselnya, benda ini membuat kita sibuk dengan dunia. Orang tua lupa dengan anak, anak lupa dengan orang tua,” ungkapnya. Bahkan ia pun sempat mengisahkan pengalaman-pengalaman yang pernah dialaminya terkait perihal tersebut.
Tidak hanya membahas mengenai hal itu, ia pun mengungkapkan bahwa keistimewaan umat Nabi Muhammad adalah perintah yang didapatnya berbeda dengan umat-umat terdahulu, yakni diserukan untuk mengajak kepada yang ma’ruf, mencegah kepada yang mungkar, serta disuruh untuk bertakwa kepada Allah.
Untuk itulah beliau mengimbau kepada umat Islam Lingga, agar senantiasa menjalankan ajaran Islam sesuai dengan apa yang telah diamanahkan oleh Rasulullah, dengan mengedepankan akhlaq yang baik.
Diakhir tausyiahnya, ia pun berpesan agar kita meningkatkan amal kebaikan dan bekal untuk kematian, agar bisa mengakhiri hidup dengan happy ending, yakni khusnul khatimah. (MC)