Lingga, MC– Megat Organizer dan Sanggar Seni Pelangi bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten Lingga menggelar Jalan Santai Wisata, Minggu (19/10). Kegiatan yang dikemas dengan memadukan Seni, Budaya dan hidup sehat oleh pemuda kreatif Lingga ini bertujuan memperkenalkan Objek Wisata Sejarah Perkampungan Damnah sebagai ikon wisata kebudayaan di Bunda Tanah Melayu dengan mengangkat jalan sehat.
Sejak pukul 08.00 WIB, lebih dari 2.000 orang peserta Jalan Santai Wisata yang diikuti oleh anak-anak sekolah hingga kalangan umum memadati halaman kantor Bupati Lingga. Tempat pelepasan peserta yang berakhir di Pemandian Lubuk Papan.
Selain jalan santai, panggung pertunjukan Lubuk Papan juga diisi dengan hiburan akustik oleh band-band lokal seperti Mendadak Reggae, One Soul, Megat Project, Lucky Eight, Sanggar Pelangi dan Osprey.
Rute Jalan Santai Wisata digelar mulai dari Lapangan Kantor Bupati, menuju Gapura Komplek Istana Damanh, melawati Makam Merah, Makam Raja Muhammad Yusuf, Musium mini Linggam Cahaya, bangunan Musium Lingga Cahaya yang baru, Gedung Adat, Lembaga Adat Melayu (LAM) kabupaten Lingga yang masih dalam tahap pembangunan. Trip jalan santai terus berlangsung menuju Situs Istana Damnah kemudian menuju Replika Istana damnah yang terletak disebelah selatan menuju Pemandian Lubuk Papan.
Amran, Kasi Kesenian dan Kebudayaan, Disbudpar kabupaten Lingga mengatakan, pihak dinas dalam hal ini mendukung penuh kegiatan yang merupakan ide dan kreatifitas anak muda di Lingga. Lewat kegiatan kebudayaan, kesenian yang dipadukan dalam kegiatan jalan sehat sebagai salah satu media meningkatkan wisata lokal perlulah mendapat apresiasi.
“Kami dari dinas membantu menfasilitasi tempat, sedangkan ide dan gagasan kegiatan adalah dari Megat Organizer dan Sanggar Seni Pelangi. Kami sangat mensuport,” ungkap Amran disela-sela kegiatan,” ungkapnya.
Menurut Amran, ide kreatif anak muda yang ikut berpartisipasi mengangkat kawasan wisata Lingga ini baru pertama kali di Lingga. Hal ini diharapkannya dapat terus dilaksanakan, selain sebagai ajang kreatifitas anak muda, kegiatan ini juga menyumbangkan PAD untuk kabupaten Lingga.
“Dengan semakin banyaknya pengunjung yang datang, artinya tiket retribusi tempat wisata semakin banyak terjual. Makanya kegiatan seperti ini harus ada mendapat dukungan. Kreatifitas anak muda Lingga ini perlu dukungan semua pihak terkait,” tutur Amran.
Sementara itu, Arip Bah ketua Sanggar Seni Megat Syah Alam yang juga menaungi Megat Organizer menuturkan, kegiatan Jalan Santai Wiata adalah kegiatan pertama kalinya di laksanakan di Daik Lingga. Menggabungkan konsep wisata sejarah, Jalan santai dan pertunjukan seni dikatakannya untuk menonjolkan kreatifitas anak muda serta memperkenalkan wisata sejarah, terutama kepada anak-anak.
“Ini baru kegiatan pertama kali, kita bekerjasama dengan Sanggar Pelangi dan Disbudpar Lingga. Selama ini, sentuhan wisata Sejarah di Lingga masih sangat minim peminatnya. Yang lebih miris lagi, hanya sedikit dari anak-anak kita yang mengenal sejarah kita sendiri. Paling tidak, sedikit wacana dan ide kami ini dapat membuka pikiran mereka untuk mencintai sejarah dan objek-objek wisata di Lingga,” jelas Arif.
Kedepan, Arif berharap kegiatan serupa dapat dilaksanakan lebih baik lagi. Terutama dalam mengenbangkan bakat anak-anak khususnya PAUD,TK, SD dan merangkul anak-anak muda di Daik Lingga agar tetap berkreatifitas.
“Untuk lomba mewarnai, kita masih sebatas anak-anak PAUD dan TK. Untuk SD kedepannya mungkin akan kita buat lomba menggambar. Mengembangkan imajinasi dan minat mereka. Kegiatan ini juga menjadi tujuan kita untuk meningkatkan PAD Lingga dari aset wisata,” jelas Arif.
Sedangkan lomba mewarnai yang juga menjadi list dari acara yang berlangsung, antusiasme sangat tinggi. Dikatakan, Farida target awal hanya menargetkan 30 orang peserta. Namun pada pelaksanaan, jumlah peserta melonjak naik hingga 113 orang anak.
“Dari 3 PAUD dan 2 TK di keluraha Daik pesertanya. PAUD 62 orangan TK 51. Selesai mewarnai kita langsungkan pengumuman pemenangnya. Yang ikut sekolah PAUD Harapan Bunda dari Melukap, PAUD Belahan Jiwa dari Daik dan PAUD Cerdas Ceria dari Budus,” jelasnya.
Sementara itu, hasil penjualan tiket retribusi Pemandian Lubuk Papan, meningkat dari pada hari biasanya. Peserta yang telah membeli tiket doorprize tetap dikenakan biaya masuk sebesar Rp 3 ribu bagi orang dewasa, sedang anak-anak tiket masuk Rp 1000 perorang.
“Hari ini saja, dari pagi kita jual sampai jam 10.00 WIB, dari tiket retribusi sudah hampir Rp 3 juta. Ini berkali lipat dari hari biasa,” ungak Mizi.
Asfi’I, salah seorang peserta dari Daik juga mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, hal ini menarik.”Lihat saja yang datang, ribuan orang. Benar-benar mengisi waktu libur,” paparnya.
Hal ini juga di tanggapi, Kamrul pemerhati seni dan budaya di Lingga. Menurutnya, kebakuan kegiatan di Lingga perlu ada penyegaran baik dalam konsep menularkan kebudayaan dapat lebih tepat sasaran. “Orang-orang butuh hiburan, kebudayaan jadi jati diri. Begitu juga wisata dan memadukan dengan hidup hatan sambil menularkan pendidikan kebudayaan dan objek wisata. Kemasan oleh anak-anak muda ini perlu di acungi jempol, meski baru pertama. Kedepan harus ada lagi anak-anak muda yang berpikir maju mengembangkan konsep seperti ini,” jelasnya.
Kegiatan puncak, yakni pembagian hadiah doorprize berupa ratusan item hadiah langsung diumumkan. Meski cuaca hujan turun mewarnai
Kegiatan pembagian hadiah, namun semangat dan antusias masyarakat tidak meninggalkan lokasi. (cr11/MC Kab. Lingga)